About




Pada musim panas tahun ini, waktu saya menjadi Senior Scholar di National University of Singapore, saya diajak makan malam oleh seorang profesor senior dari Nanyang Technological University, Singapore. Yang menarik adalah profesor ini adalah profesornya Kapolri Jenderal Muhammad Tito Karnavian, dan profesor tadi adalah "satu perguruan" denganku dan kami berdua pernah dididik dan "dimentori" oleh profesor yang sama di Amerika. Intinya makan malam itu adalah "reuni" satu perguruan.


Jenderal Tito memang menyelesaikan doktoralnya di Nanyang Technological University, tepatnya di Rajaratnam School of International Studies. Selama studi, ia mempelajari terorisme, conterterrorism, strategic studies, Islamist insurgency, dlsb.

Jenderal Tito kemudian menulis disertasi yang diterbitkan menjadi buku tentang kelompok teroris Jama'ah Islamiyah dan proses radikalisasi kekerasan di Poso. Judul bukunya adalah "Explaining Islamist Insurgencies: the Case of al-Jama'ah al-Islamiyah and the Radicalization of the Poso Conflict, 2000-2007" (silakan cari di Amazon buku beliau jika berminat).

Topik disertasi yang diambil Jenderal Tito kurang lebih sama denganku. Hanya saja fokus kajianku adalah Maluku (Ambon). Minat studi, riset dan keahlian Jenderal Tito juga kurang lebih sama denganku: tentang kajian-kajian terrorisme dan konterterorisme, proses radikalisasi kelompok teroris, ideologi-idologi kaum islamis, dlsb. Seperti Jenderal Tito, saya juga sedang menulis buku tentang terorisme dan konterterorisme di Saudi dan negara-negara Arab Teluk.

Cuma bedanya kalau Jenderal Tito punya segudang pengalaman di lapangan sebagai panglima kepolisian, komandan polisi anti teror (Densus 88), badan konterterorisme, dlsb, sementara sama sekali tidak punya semua itu karena gak pernah jadi polisi, baik "polisi beneran" maupun "polisi tidur".

Mungkin akan seru seandainya saya bisa "temu darat" dan ngopi bareng dengan Jenderal Tito, ditemani oleh profesor-nya Pak Tito tadi. Daripada diskusi dengan "Ibu Senator" itu (lagi pula apa yang mau didiskusikan dengannya), tentu akan lebih seru berdiskusi dan bertukar pengalaman dengan Jenderal Tito, kan? Kaaannn.

Sumanto Al Qurtuby

0 Response to "Jenderal Tito"

Posting Komentar