About

Inilah Sosok "Wahabi Ekstrimis" Yang Dibully Selama Bertahun-Tahun?!!! Namanya Shakeel Ahmad Bhat?!!!



foto-foto seseorang korban bully sebagai islam extrimis sebenarnya pejuang Lahir di keluarga Sufii dari muslim khashmir.



Wajah ini pasti tak asing lagi bagi banyak orang di dunia. Sudah sekitar 1 dekade, sosoknya menghiasi blog-blog dan media di seluruh dunia.


Ia dijuluki sebagai "Islamic Rage Boy" atau bocah pengamuk Islam. Foto-fotonya sering diedit dan diberi tulisan tertentu (meme) yang bermaksud menyindir hingga menghina agama Islam. Yang pasti adalah opini bahwa Islam merupakan ajaran berbahaya dan bertanggung jawab atas "terorisme", "intoleranisme" dan "radikalisme".

Budaya Barat bahkan latah mengangkat wajahnya dalam bermacam produk. Cangkir, kaos, jam, topi, botol bir, celana dalam dan hal-hal lain yang bermaksud guyonan terhadap kaum radikal.

Kalangan anti Islam, orang kafir (non Muslim), kelompok liberal, Syi'ah, kaum abangan, "kelompok toleran", "moderat" hingga orang yang cuma ikut-ikutan, semuanya punya satu visi atas foto si "Rage Boy", yaitu untuk dibully habis-habisan.

Tapi khusus mereka yang menyebut diri sebagai Muslim "toleran" dan "moderat", wajah si bocah ini digunakan sebagai gambaran sindiran pada orang "Wahabi" dan "Ekstrimis".

Sejak dulu hingga sekarang
Di era hebohnya al-Qaeda, wajah bocah ini sudah dijadikan visualisasi bagi "teroris radikal", "takfiri" dan "Wahabi".

Dekade kemudian berganti, Osama bin Laden mungkin dibunuh AS, lalu kelompok ultra ekstrimis ISIS menyempal dari al-Qaeda. Tapi satu yang tak hilang!

Ekspresi-ekspresi si "Rage Boy" terus muncul lagi. Digunakan orang-orang "toleran" dan "moderat" untuk menyindir kalangan garis keras, yang gampangnya adalah mengidentikkannya dengan ISIS.

Ia yang berjenggot lebat dan tak teratur, memang sangat cocok jika dijadikan sebagai wajah dengan merk "Wahabi" atau "Ekstrimis". Dan memang mudah sekali menemukan militan berciri seperti si bocah.

Sebabnya, minset yang terbangun dari opini selama bertahun-tahun telah membentuk sebuah gagasan sederhana, bahwa jenggotnya itu adalah ciri kaum tekstual Islam, yang dianggap sumber radikalisme atas dasar tuduhan "kebodohan dalam memahami dalil agama".

Maka jadilah tampilan si bocah sebagai personifikasi sempurna imajinasi orang-orang tentang menakutkannya radikalisme berkedok Islam. Ekspresi seram dan jenggot berantakan, sorot mata penuh kebencian.

Tapi uniknya, selain editan foto-foto yang membully si "Rage Boy", ada pula postingan yang menuduhnya sebagai "agen Yahudi" dalam rangka tugas "mencemarkan Islam melalui aksi atau provokasinya".

Berbeda dengan bullying yang biasanya dilakukan oleh kaum non Islamis, tuduhan Yahudi yang sempat ramai justru beredar di kalangan netizen yang sebenarnya mendukung Islam atau pro syari'at Islam.

Ya sudahlah, memang itu menjadi nasib si bocah marah yang tak bisa diulang. Ia mendunia dengan cara tak biasa. Dibully sana sini, lalu dituduh Yahudi.

Tapi siapakah sebenarnya sosok bocah Kashmir ini? Siapa yang mereka sebut "Islamic Rage Boy"? Siapakan gerangan yang wajahnya selalu dipakai sebagai visualisasi "Wahabi" dan "Ekstrimis"?

Sudah berapa orang yang dibunuhnya? Sudah berapa orang Barat yang dilukainya atau orang kafir yang dilecehkannya?

Namanya Shakeel Ahmad Bhat
Pada tahun 2007 lalu, wartawan Patrick French, menempuh perjalanan ribuan kilimeter untuk menyambangi langsung tempat asal si "Rage Boy", yaitu wilayah Kashmir yang dikontrol India.

Shakeel namanya, bisa ditemui di sebuah daerah miskin dari apa yang disebut sebagai 'Jalur Gaza'-nya India.

Malik Angan nama kampung halaman Shakeel, sebuah wilayah miskin dengan pengawasan keamanan ketat di bawah pemerintah India.

Tentara, polisi maupun paramiliter ditempatkan oleh rezim New Delhi ke wilayah mayoritas Muslim Kashmir, sebabnya sederhana, sejak lama mereka menginginkan kemerdekaan atau berintegrasi dengan Pakistan. Ketika kerusuhan pecah, siapa saja bisa jadi target tembakan pasukan India maupun terkena batu terbang dari tangan para pemrotes.

Rumah Shakeel ternyata sangat sederhana, terbuat dari kayu, dengan 3 lantai. Ketika ditemui, ia terlihat bingung, struktur giginya khas tak rapi, mengenakan shalwar khamis (baju khas Pakistan) dan berdiri di sebuah ruang kosong. Saat itu (tahun 2007) usianya baru berusia 29 tahun.

Semua kisah dimulai ketika ia menerjunkan diri menjadi militan pemberontak untuk melawan pendudukan India. Walau jalan Shakeel menjadi seorang militan akhirnya gagal total.

Seperti dimuat Daily Mail, Patrick French mengorek langsung cerita darinya. Mengapa ia bisa menjadi bagian dari aksi jalanan? Sehingga kepalan tangannya tertangkap kamera dan menjadi terkenal sebagai bahan ledekan.

Menurut French, memang sulit untuk membuktikan kebenaran keseluruhan cerita Shakeel. Kisah dari bagian dunia yang dipenuhi masalah, beserta berbagai kekerasan yang diterima anggota masyarakat itu, termasuk si "Rage Boy".

"..Semua yang ia katakan pada saya terdengar masuk akal. Setelah semua (yang dialaminya), adakah alasan mengapa ia harus berbohong?", ujar French.

Mungkin kisahnya ini bukan hal disukai oleh para pembully-nya.

Lahir di keluarga Sufi
Latar belakang ke-Islaman keluarga Shakeel Ahmad Bhat bukanlah "Wahabi", tetapi merupakan pengikut Sufisme atau Tasawuf di Kashmir.

Sebagaimana keluarga religius Islam yang mengikuti tradisi Sufi umumnya, gagasan spiritual dan sikap toleran yang datang dari hati ditonjolkan untuk menjalani kehidupan.

Ayahnya sering membawa Shakeel ke masjid, serta mengajarinya dua hal, yaitu: jangan serakah dan bantu sebarkan ajaran Islam dengan cara yang damai.

Shakeel tidak menyukai kegiatan sekolah, ia juga mengalami kesulitan dalam belajar membaca atau menulis. Sang guru kerap menghukumnya dengan rotan, namun hal itu tak berguna dalam meningkatkan prestasinya.

Ketika berusia sepuluh tahun, ia menolak lagi untuk bersekolah, dan memilih di rumah saja bersama keluarganya.

Awal mula masalah
Tahun 1987, kelompok-kelompok partai Islam menuduh hasil pemilu di Kashmir telah dicurangi partai penguasa setempat, yang merupakan koalisi dari partai Kongres Nasional India.

Pada tahun 1989, pasca hasil pemilu yang tidak masuk akal, kelompok militan Kashmir yang didukung Pakistan mulai beraksi melawan pemerintah India. Umur Shakeel saat itu baru sekitar 10-11 tahun.

Reaksi pasukan keamanan India brutal. Dengan alasan mencari militan, penyisiran dan penggeledahan dilakukan aparat India ke rumah-rumah di Kashmir, termasuk penggrebekan tempat tinggal keluarga Shakeel.

Menurut keterangan Shakeel, saat itu polisi mendorong kakak perempuannya yang berusia 18 tahun, Syarifah, hingga terlempar jatuh dari jendela. Menyebabkan cedera patah tulang belakang. Akibatnya, 4 tahun kemudian Syarifah meninggal dunia oleh cedera serius tersebut.

Kemudian di awal dekade 90-an, ribuan orang menyeberang ke wilayah Pakistan untuk berlatih menjadi militan, mengangkat senjata melawan pasukan rezim India.

Dari sinilah Shakeel yang baru berusia 13 tahun dengan pengalaman buruk dari aparat India, memutuskan bergabung dengan kelompok perlawanan.

Di daerah Muzaffarabad, ia dibawa ke sebuah kamp pelatihan bersalju yang dijalankan oleh tentara Pakistan, di sebuah kelompok bernama al-Umar Mujahidin.

Berbekal AK-47, ia kembali ke Srinagar (ibukota Kashmir) berharap dapat mengusir tentara India.

"Saya pikir Kashmir harus memiliki haknya untuk menentukan nasib sendiri", katanya terkait tujuan melakukan perlawanan pada News Delhi.

Shakeel rupanya tidak berbakat untuk melawan India sebagai militan. Ketika ditanya sudah berapa banyak orang yang telah dibunuhnya, ia tampak malu.

"Saya memunculkan ketakutan tapi (sebenarnya) saya tidak pernah membunuh siapa pun. Saya tidak bisa. Saya tidak pernah melemparkan sebuah granat di tempat umum", lanjutnya.

Satu-satunya aksinya yang paling serius adalah ketika berhasil memuntahkan tembakan di tengah iring-iringan kunjungan seorang menteri India.

Bahkan ketika kelompoknya berhasil meringkus intel polisi, Shakeel meminta orang itu dibebaskan. Mungkin karena tak berbakat sebagai pejuang militan, sehingga membuatnya tak tegaan.

"Saya kira saya akan memberikan teladan. Memberi ampun itu lebih baik daripada membunuh", kata Shakeel.

Pada tahun 1994, saat berusia 16, ia ditangkap dan dibawa ke barak militer. Dimana dari 20 orang yang pernah menyeberang ke Pakistan untuk berlatih militer dengannya, hanya tinggal 8 yang masih hidup.

Shakeel disiksa pasukan India. Dia ditelanjangi, disiram air dan disetrum. Sebuah paku ditempa ke rahangnya (ia menunjukkan bekas luka tersebut). Kepalanya kemudian dicelupkan ke dalam air.

Ketika dibebaskan, ia terus berada di bawah pengawasan polisi.

Cedera di lengan kanan akibat penyiksaan membuatnya tak sanggup mengangkat sesuatu yang berat, sehingga harus bergantung pada saudara-saudaranya sejak saat itu.

Shakeel juga masih menganggur dan merasa tak berdaya, seolah-olah dirinya telah berusia 110 tahun.

Tidak lama setelah pembebasannya kala itu, pasukan khusus unit paramiliter India datang lagi ke rumah keluarga itu untuk mencari Shakeel, tapi ia tidak ada di sana.

Mereka memukuli ayahnya yang berumur 75 tahun, hingga membuat kakinya patah. Sang ayah kemudian harus menghabiskan sisa hidup dengan terbaring di tempat tidur.

Tak bisa membaca dan menulis
Pengetahuan Shakeel tentang dunia tidaklah seberapa, karena ketidakmampuannya dalam membaca atau menulis.

Ia suka mengikuti demonstrasi serta berambisi membangun sebuah partai politik atau menjadi politisi.

"Tapi tidak ingin menjadi boneka Pakistan atau India", tegasnya.


Sakdia Said

0 Response to "Inilah Sosok "Wahabi Ekstrimis" Yang Dibully Selama Bertahun-Tahun?!!! Namanya Shakeel Ahmad Bhat?!!!"

Posting Komentar