About

Beda Itu Niscaya, Toleransi Kunci Harmoni



Seorang Guru mengajarkan, jangan sampai orang mengenal ilmumu karena pengajian mu, tapi sebisa mungkin mereka mengenalmu karena Budi pekerti, perhatian dan keteledananmu. Jadi kepribadian menggaransi ilmu bukan sebaliknya. Jelas saya belum bisa mengamalkan nasihat itu. Saya memperhatikan, dan benar adanya, tokoh-tokoh besar dicintai umat karena cara berpikir ini. Jika diringkas dalam satu kata, maka ia adalah Pengabdian.

Pengabdian, asasnya adalah menyukai hal-hal positif bagi orang lain sebagaimana kita suka kebaikan itu bagi diri kita. Ternyata nasihat ini bukan hanya berlaku dalam dakwah, tetapi ini juga berlaku dalam bisnis. Semua teori Marketing, bermuara pada satu kata kunci, jika dalam dakwah kata kunci itu adalah pengabdian, maka padanan kata ini dalam bisnis adalah Layanan.

Layanan, artinya kita selaku produsen, agen, sales, penyedia jasa dll memperlakukan konsumen sebagaimana kita ingin diperlakukan jika kita pada posisi mereka. 2010 lalu ketika merintis usaha, karena keteledoran yang kerja di bagian produksi saya pernah mengantarkan order antar Kota padahal nominalnya tidak cukup untuk mengganti bensin, apalagi "mengganti" waktu yang saya gunakan. Pernah karena salah cetak satu kata, brosur yang nilainya ** jt saya relakan tidak dibayar.

Ruh bisnis apapun skalanya adalah melayani, dengan prinsip ini keuntungan akan datang sendiri. Sebagaimana dalam dakwah, guru saya mengajari bahwa spirit berbisnis harus melampaui keinginan mendapatkan keuntungan. Seperti kasus terakhir saya mempunyai konsumen sangat rewel sekali, meskipun transaksi nilainya besar saya merugi, minta ini minta itu sampai minta uang sebagian kembali, tapi saya sabar layani. Selang dua Minggu dia bawa saudara-saudaranya untuk menggunakan layanan kami. Melayani memang tidak pernah rugi

Prinsip melayani caranya mengandaikan diri menjadi konsumen, dengan cara ini akan banyak gagasan, misalnya dulu paling senang kalau beli buku dapat diskon, sampul gratis dan ketika isi tidak sesuai harapan bisa ditukar atau dikembalikan, ketika harapan saya sebagai konsumen saya terapkan kedalam salah satu lini usaha, meskipun memulai dari kecil terbukti bisa tumbuh dan terus berkembang.

Prinsip ini jika ditanamkan pada anggota tim, maka akan timbul rasa memiliki, jika sudah timbul rasa memiliki saya anggap sebagai keluarga sendiri. Sesuai kemampuan, saya akan memenuhi kebutuhannya sebagaimana kebutuhan saya sendiri, keperluan anaknya seperti keperluan anak saya sendiri, tentu saja sesuai pertumbuhan usaha. Tim awal yang dulu saya bangun, dan beberapa tahun lalu mereka memulai bisnis sendiri dengan prinsip melayani ini, terbukti sukses, ada yang omzetnya ratusan juta.

Melayani memang harus menjadi spirit semua anggota yang bekerja, harus menjadi Budaya bisnis kita, sedini mungkin mulai satuan, belasan, hingga ribuan pekerja. Jika budaya kerja tidak dikelola sejak dini maka bisnis akan carut marut, seperti Tony Hsieh harus menjual linkexchange karena semua tiba-tiba terasa tak terkendali.

Mengabdi atau melayani adalah intisari hadis Nabi,

لا يؤمن احدكم حتى يحب لاخيه ما يحب لنفسه
Tidak sempurna iman kalian sehingga kalian menyukai kebaikan untuk saudaramu sebagaimana kalian menginginkan kebaikan itu untuk diri kalian sendiri.

Sayang non-muslim lah yang pandai mengamalkan hadis ini bukan kita. Subtansi hadis ini ada dalam semua agama. Dan filosofinya mendasari semangat eksperimen dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, yang mendasari penemuan dan penciptaan.

Misalnya produsen kendaraan, Tesla Motor, Lamborghini, Ferari, Ford, Toyota, Mitsubishi, Honda dll mereka (CEO dan Insinyur) membayangkan mengendarai mobil yang responsif, aman, hemat bahan bakar, canggih, smart, dan ternyata memang begitulah keinginan konsumen. Produk mereka diterima publik dunia.

Demikian juga Apple, Samsung dll membayangkan menggunakan teknologi komunikasi yang super canggih, kapasitas tinggi, kokoh, kuat, tahan air, Charge tidak perlu lama, maka jadilah iPhone 7 dan Samsung Galaxi S7 Edge. Dua perusahaan raksasa Amazon dan Alibaba rumusnya sama, melayani dengan slogan costumers are number One .

Ini salah satu contoh kenapa Abas Aqad, Toha Husein, Muhammad Abduh, sepulang dari Amerika dan Eropa mengatakan, Barat lebih Islami dari Mesir, Islam ada dalam perilaku masyarakat Barat, meskipun mereka bukan muslim bahkan ateis.

Jika terlalu jauh membawa spirit ini seperti Barat melakukannya, maka kita lakukan yang dasar-dasar saja, melayani kita turunkan jadi merasakan,

Bayangkan saat Anda Khutbah Id diturunkan dari mimbar oleh non Muslim, bayangkan saat Anda diduga melanggar hukum dan Anda didemo oleh jutaan non muslim, bayangkan ketika Anda Sholat Jumat di lempari bom molotov oleh teroris non muslim (semua agama punya penganut garis keras), bayangkan sehabis Shalat tarawih melihat anak Anda bermain dihalaman masjid bersama teman-temannya, Anda bahagia luar biasa, tiba-tiba anak Anda dilempari bom. Kemudian cacat seumur hidup.

Tidak ingin bukan? Jika, Ya! Maka Toleransi adalah niscaya.

Ahmad Tsauri

0 Response to "Beda Itu Niscaya, Toleransi Kunci Harmoni"

Posting Komentar