Everything has a price. Semua ada harganya. Itulah kalimat sakti jika kita membuat sebuah keputusan. Kalimat yang akan selalu relevan dengan kehidupan sosial manusia sepanjang masa, termasuk dengan diijinkannya aksi 212 dan kedatangan Presiden ke Monas, itupun ada harganya.
Sebelum aksi 212, dini hari tadi ada 10 orang pelaku makar dan penghina Presiden ditangkap oleh Polisi. Mereka adalah:
Ahmad Dani pasal 207 KUHP ditangkap di hotel san pasific
Eko pasal 107 jo 110 kuhp jo 87 KUHP di rumahnya perum bekasi selatan
Adityawarman pasal 107 jo 110 KUHP jo 87 kuhp ditangkap dirumahnya
Kivlan Zein pasal 107 jo 110 KUHP jo 87 KUHP ditangkap dirumahnya komplek gading griya lestari blok H1 -15 jalan pegangsaan dua
Firza Huzein pasal 107 jo 110 kuhp jo 87 ditangkap di hotel san pasific, jam 04.30
Racmawati ditangkap di kediamannya, jam 05.00
Ratna Sarumpaet ditangkap dikediamannya, jam 05.00
Sri Bintang Pamungkas, telah ditangkap dikediamannya
Jamran UU ITE, diamankan di Hotel Bintang Baru Kamar 128 dipimpin oleh AKBP Iman Setiawan Kasubdit Indag.
Rizal Kobar UU ITE , ditangkap di samping SEVEL Stasiun Gambir Jakpus pada tanggal 2 Des 2016 Pkl . 03.30 wib.
Sepak terjang Sri Bintang Pamungkas menyerukan pelengseran dan makar sebenarnya sudah sejak 2014 lalu. Namun selama ini suaranya tak pernah digubris, baru sekarang Polisi bergerak dan menangkapnya. Lucunya, selepas subuh tadi beredar video penangkapan SBP yang sepertinya sengaja direkam oleh kamera pembantunya.
“saya ditangkap nih”
“kok bisa?”
“Ya bisa lah wong punya kekuasaan,” jawab SBP lemas.
Sementara Rachmawati dan Ahmad Dhani, semalam keduanya menggelar keterangan pers bahwa hari ini akan ke MPR bersama beberapa tokoh nasional yang tergabung dalam Gerakan Selamatkan NKRI. Mereka menuntut MPR untuk melakukan sidang istimewa guna mengembalikan UUD ke UUD 1945 sebelum amandemen. Karena dengan UUD 1945 sebelum amandemen akan lebih mudah melengserkan Jokowi. Hal yang sudah diserukan oleh Rachmawati sejak dua tahun yang lalu. Kalau Dhani bisa dibilang hanya ikut-ikutan politik praktis, sebab dirinya ingin maju sebagai Calon Bupati Bekasi.
Dari 10 nama yang ditangkap tersebut, saya hanya familiar dengan Dhani, Ratna dan Kivlan. Dhani karena pernah jadi juri X Factor dan belakangan aktif melakukan demo dengan segala kelucuannya. Nenek Ratna Surampaet adalah orang yang juga pernah diamankan oleh polisi karena dianggap memprovokasi warga saat terjadi penggusuran. Dan Kivlan adalah pembuat berita bohong tentang PKI yang kemudian mengancam-ngancam Jokowi.
Sementara sisanya seperti Sri Bintang Pamungkas, saya tak terlalu tertarik melihatnya. Sebab memang tidak terkenal dan tidak penting juga bagi negeri ini. Bukan siapa-siapa dan tak punya jabatan apa-apa. Jadi kalaupun SBP sampai berbusa mau melengserkan Jokowi, saya tetap lebih tertarik menganggapi duo minion Fadli dan Fahri yang lucunya bikin mantan mau balikan. Tapi memang ada banyak inbox dan chat teman yang mengirimkan link SBP, sehingga saya terpaksa tau bahwa pada intinya orang ini kerap mengeluarkan pernyataan makar.
Saya melihat penangkapan 10 orang pelaku makar dan penghina Presiden ini merupakan harga yang harus dibayar agar aksi 212 dapat berlangsung damai dan tidak anarkis. Terbukti, saat mereka semua ditangkap, massa tak ada yang melempari polisi dengan botol air atau menusuk dengan bambu runcing seperti arahan Dhani. Tak perlu ada gas air mata atau bakar-bakaran.
Cerdasnya, mereka semua ini ditangkap di waktu yang hampir bersamaan, dinihari. Momen sempurna. Sebab media dan massa sedang berkumpul di Monas, mereka ditangkap di rumah atau hotel. Sehingga kalau ada yang mau menyebutnya pengalihan isu, ini adalah contoh paling manis. Aksi damai 212 dijadikan penglihan isu penangkapan 10 orang pelaku makar dan penghina Presiden. Selain itu mereka tak akan mendapat pembelaan dari massa, sebab mulai hari ini memang bukan bagian dari aksi bela Islam. Penangkapan 10 orang ini kalah tenar dibanding kedatangan Jokowi ke Monas. Penangkapan pelaku makar ini kalah penting dari aksi 212.
Peringatan bagi Rizieq
Sebenarnya ada satu lagi nama yang kerap membuat gemas, yakni Rizieq dan FPI. Pelanggaran yang dilakukan Rizieq dan FPI sangat banyak. Seruan menduduki DPR MPR serta istana sudah berkali-kali dia suarakan. Namun hari ini pada aksi 212 Rizieq tak sekalipun memprovokasi akan menduduki Istana atau DPR MPR. Apalagi Kapolri, Panglima TNI dan Presiden Jokowi naik ke atas panggung. Tak ada lagi ancaman menduduki DPR. Kita bisa lihat mereka sedang kalem-kalemnya, mungkin karena provokatornya sudah ditangkap dan tak ada di tengah-tengah mereka. Andai tadi Rizieq berorasi mau menduduki istana, atau Munarman menyebut Presidennya bego, pasti langsung diangkut oleh polisi.
Penangkapan 10 orang pelaku makar dan penghina Presiden yang kerap memprovokasi ini sangat ampuh untuk menakut-nakuti Rizieq. Apalagi sinyal perlawanan pemerintah sudah ditunjukkan semalam, saat web milik Rizieq diblokir oleh Menkominfo. Pemerintah seolah bilang “sekali lu bilang mau makar lagi, kandangin!”
Pada akhirnya, tak ada yang salah dengan demo. Menjadi bermasalah kalau kemudian mau melakukan makar dan melengserkan Jokowi. Semoga penangkapan 10 orang ini menjadi pelajaran penting bagi siapapun, termasuk Rizieq, Munarman dan anggota FPI lainnya.
seword
0 Response to "Aksi 212 Damai Karena 10 Orang Pelaku Makar dan Penghina Presiden Ditangkap"
Posting Komentar