Penangkapan Tokoh Diduga Makar Adalah Langkah Tepat, Agar Pendemo Yang Bertujuan Mulia Terpisahkan Dengan Oportunis Penunggang Aksi
Belakangan muncul opini Jokowi sebagai rezim anti kritik dengan mulai ditangkapnya orang orang yang menentang dia. Which beg the question:
Trus presiden kita harus diem aja, gituh?
Pertama, sebagai pemimpin negara yang memang memiliki kekuatan dan kekuasaan, akan selalu ada orang orang yang ingin menjatuhkan dia. Ini udah pasti, siapapun orangnya, dimanapun negaranya. Bedanya adalah bagaimana si pemimpin negara menyikapinya. Nah, sebagai presiden, Jokowi punya 3 opsi:
1. Diem aja kayak orang plonga plongo
2. Di-munir-kan atau di-antasari-kan (tau kan maksudnya).
3. Proses sesuai jalur hukum yang sudah ada.
Kali ini dia memilih nomor 3. Jokowi adalah orang yang dari awal selalu berteriak akan menjunjung konstitusi diatas segalanya. Presiden presiden lainnya mungkin bisa dengan enak melakukan nomor 1. Operasi senyap. Lawan ilang, tubuhnya entah dimana. Pemerintah kali ini tidak diam namun juga tidak reaktif. Segala bukti disiapkan dengan baik sambari menunggu waktu yang tepat. Jelas cukup mudah mencari pasal yang bisa dikenakan untuk menanggap Habib Riziq dan orang orang yang selama demo sering mengeluarkan kata ‘bunuh’, ‘seret’ dan ‘bakar’. Pemerintah sudah pasti mengantongi bukti bukti ini yang didokumentasikan dengan rapi, mereka hanya menunggu saat yang tepat untuk menegakkan hukum tanpa menimbulkan banyak gejolak masyarakat yang kontraproduktif.
Kedua, mari bandingkan deh apa itu kritik, hinaan, dan rencana makar. Ketiganya punya definisi dan kadar yang berbeda. Menyoroti kebijakan Tax Amnesti adalah kritik, mengatakan ‘presiden anjing’ adalah contoh hinaan, merencanakan penggulingan presiden lewat kerusuhan yang diskenariokan adalah contoh upaya makar. Kita yang sebagai netizen saja bisa dapet beberapa analisa bagus disertai bukti bukti pendukung atas skenario itu. Pemerintah jelas punya bukti pendukung lebih banyak kalau sampai bisa menjemput orang orang itu. Dan legitimasinya cukup untuk sekedar menjemput mereka untuk diperiksa.
Menjelang aksi 212 ini banyak saudara saudara yang memiliki aspirasi untuk melakukan aksi SUPER damai bela islam 3, permasalahannya, berkaca dari aksi sebelumnya ini terbukti rawan kericuhan, ditambah indikasi aksi ini ditunggangi orang untuk sasaran lebih besar menggulingkan pemerintahan, menimbulkan ketidakstabilan masyarakat (ajakan rush money salah satunya). Kita dukung saudara saudara kita yang memang memiliki niat tulus membela agamanya.
Nah, lalu bagaimana caranya agar masyarakat masih bisa menyampaikan aspirasi untuk membela agamanya sekaligus memisahkan mereka dari orang orang busuk yang menunggangi kemurnian niat orang demi kepentingan politik?
There you go, para biang kerok itu diungsikan sementara hari ini oleh polisi. Mereka diperiksa untuk tuduhan makar. Sesuatu yang dua dekade lalu jika terjadi akan berakhir tragis untuk mereka. In a sense, pemerintah membela umat islam untuk menyampaikan aspirasinya dengan memisahkan mereka dari para parasit gerakan ini. It’s a good move.
oleh: Arif Virkill Yuliannur
0 Response to "Penangkapan Tokoh Diduga Makar Adalah Langkah Tepat, Agar Pendemo Yang Bertujuan Mulia Terpisahkan Dengan Oportunis Penunggang Aksi"
Posting Komentar