Wajah itu menyiratkan penyesalan yang dalam. Setengah menunduk tak sanggup matanya menatap kamera ketika dia menyampaikan maaf. Terkesan dia hendak menangis. Namun dia tegar dengan bahu tetap merendah di hadapan Najwa Sihap dalam acara Mata Najwa. Tapi ketika menyampaikan maaf dan menyesal atas perbuatannya itu, tak satupun dia berusaha membela dirinya dengan menyalahkan siapapun. Tak terucap kekecewaaanya atas hujatan banyak pihak kepadanya. Bahkan diancam mau di bunuh.
Berulang kali dia merendahkan dirinya di hadapan kita semua dengan berusaha meyakinkan siapa saja bahwa tidak ada niat dia menyinggung perasaan umat Islam. Namun permohonan maaf itu tenggelam oleh amarah dan kebencian oleh sebagian umat Islam yang ingin lebih membuat dia terhina di dunia. Apapun itu , dia HARUS di penjara. Tak sekalipun terdengar dia menolak untuk mengikuti proses hukum atas dirinya. Bahkan sebelum di panggil resmi oleh Polri , dia sudah lebih dulu datang untuk di periksa dan lebih memilih di penjara daripada mundur dalam mengemban amanah.
Berkali kali dia minta maaf dan juga siap di periksa sebagai tersangka untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya di depan hukum negara yang dia cintai. Namun hukum negara pun diragukan oleh sebagian pihak untuk pantas mengadili dia sesuai rasa keadilan yang di inginkan bagi pembencinya. Padahal dia bukan koruptor pengadaan AL Quran, bukan koruptor dana Bansos umat, bukan pria yang kena OTT karena suap. Bukan pria yang memperkaya diri dengan kekuasaan. Bukan. Dia hanya berbeda pendapat dengan wawasan terbatas. Genderang perang di tabuh dan dia menjadi musuh bersama tanpa ada maaf yang menyejukkan sebagai mana Tuhan mendidik untuk pengasih lagi penyayang.
Dia adalah orang yang di beri amanah untuk melayani rakyat. Dan lebih mengutamakan kepentingan perjuangan syiar Islam. Masjid di Bangun, sekolah madrasah di bantu, kaum duafa di beri pekerjaan dengan gaji diatas UMR dan terhormat sebagai pasukan orange. Koruptor DPRD di lawannya. Bahkan partai pendukungnya di lawan dengan keluar dari partai. Tak ada partai yang mendukungnya, dia tak ragu maju sebagai calon independen. Ketika dukungan datang , dia terima sistem untuk mengusungnya sebagai cagub tanpa ingin menjadi kader partai agar dia benar benar hanya patuh kepada rakyat.
Mungkin kini dia sendirian di hadapan semua orang yang mulai harus menerima kenyataan bahwa dia tidak seharusnya ada di pentas politik. Apapun itu dia harus di kalahkan. Saya terhenyak teringat akan kisah seorang sahabat Rasul , Usman Bin Affan yang oleh Nabi sendiri telah dijamin akan masuk surga, terbunuh dengan keji. Para pembunuhnya bukan orang Majusi, bukan pula orang yang murtad, tapi orang Islam sendiri yang hafal AL Quran dan sangat taat beragama. Jadi ini bukan soal " apa dan siapa" tapi karena "Kebenaran Yang Hilang". Dulu dan kini , Islam atau non Islam bisa saja harus di singkirkan karena nafsu ingin berkuasa.
oleh:
0 Response to "Dia harus jatuh dan terhina.."
Posting Komentar