Seorang penceramah agama menggugat perdata Ahok, dengan gugatan Rp 204 juta. Alasannya, akibat statemen Ahok di P. Seribu, dia merasa dirugikan karena banyak undangan ceramah yang batal.
Entah berapa banyak yang batal sehingga menghasilkan hitungan Rp 204 juta itu. Kita juga gak tahu apakah hitungan itu termasuk honor ceramahnya?
Tapi apa benar ada kaitannya omongan Ahok di P. Seribu dengan batalnya acara mas ustad itu? Mbuh...
Ada lagi sekelompok orang, mengatasnamakan umat Islam, menuntut perdata class action. Alasannya akibat statemen Ahok, umat Islam dirugikan. Jika dimaterialkan kerugian itu mencapai Rp 470 milyar. Menurut penggugat, jika rinrutannya bwrhasil dana itu akan dibagi-bagikan untuk mereka yang tersinggung atas ungkapam Ahok.
Saya takjub dengan berbagai keanehan itu. Saya takjub ternyata
teriakan lantang membela Quran ini, ujung-ujungnya diduitin juga.
Tapi benarkah mereka serius dengan tuntutannya? Saya tidak yakin. Masalah kasus yang diajukan bukan hanya sumir, juga mengada-ada. Sebab bagaimana mengkapitalisasi sebuah ketersinggungan.
Entahlah. Apakah peserta aksi Bela Islam kemarin tidak tersinggung? Bayangkan mereka merasa sedang jihad membela agamanya. Eh, cuma dihitung sekian rupiah. Padahal kan, harapannya surga.
Tapi mungkin, bukan aksi-aksian itu uang penting. Yang paling penting justru agar image negativ Ahok terus terpelihara.
Hasil survei SMRC menjelaskan 85% orang yang merasa Ahok menghina agama, justru belum pernah nonton video kejadian tersebut. Artinya kesimpulan mereka tentang Ajok cuma dipengaruhi oleh kata orang. Mereka cuma ikut-ikutan doang.
Nah, sepertinya tuntutan ini targetnya cuma mau mempertahankan kelompok ikut-ikutan itu. Jika kaum ikut-ikutan ini bisa dipelihara sampai saat pencoblosan, mereka adalah suara yang sangat signifikan. Ada yang percaya kaum ini bisa mencoblos surat suara menggunakan dengkulnya.
Semakin kentara, semua akting ini tujuannya hanya soal kursi Gubernur. Simpel.
Sedangkan untuk kaum ikut-ikutan, sehabis dimanfaatkan dengkulnya, akan kembali dilepas liarkan ke habitatnya.
Ternyata melestarikan spesies dengkul ini, ada untungnya juga...
Eko Kunthadi
0 Response to "SPESIES DENGKUL"
Posting Komentar