About

Taktik Jokowi: Potong Kepalanya , Peluk Badannya



Pemerintah menyadari betul bahwa harus sangat berhati2 dalam menghadapi aksi massa seperti yang baru lalu. Bila terjadi konflik atau benturan sekecil apapun, akan digunakan sebagai amunisi untuk menciptakan provokasi baru.
Jika masih ingat, setelah “clash kecil” di malam tanggal 4 November, malah beredar berita2 palsu yang memprovokasi seakan terjadi “pembantaian” terhadap peserta demo, penggunaan kekerasan oleh aparat. Padahal aparat yang memang tak dipersenjatai karena mengantisipasi taktik itu, justru lebih banyak yang cedera.


Oleh sebab itu, cara paling efektif untuk menghadapinya adalah dengan menyingkirkan dulu orang2 yang dianggap akan membahayakan di hari itu dengan menyelewengkan aksi ke arah clash. Mereka2 ini tidak punya massa sendiri, tapi bisa “meminjam” massa lain untuk cara2 kotor mereka.
Inilah yang sebelumnya sudah disinyalir oleh Kapolri Tito ketika menyatakan ada gerakan makar dibalik aksi2.
Kapolri sama sekali tidak menujukan kata2 itu ke massa,. Tapi ke sejumlah actor intelektual.

Secara psikologis, massa itu tidak “berpikir”, tapi “berotot”. Bila pihak2 yang berpotensi memprovokasi sudah disingkirkan dahulu, maka massa sebesar apapun itu bukan merupakan ancaman lagi.

Dan strategi itu dieksekusi dengan cantik pada 2 Desember dinihari.

Penangkapan para tersangka makar ditujukan untuk menghilangkan kesempatan mereka memprovokasi di jam2 “kritis”
Setelah itu, apakah mereka ditahan atau tidak, itu urusan penyidik sepenuhnya.
Tapi tujuan Pemerintah sudah tercapai.
Mereka sudah disingkirkan dari “panggung” tanggal 2 Desember.

Strategi kedua adalah mengambil alih “panggung” itu sendiri.
Dan ini telah dilakukan dengan sangat baik oleh RI1.
Kehadiran Presiden Jokowi secara langsung “mendinginkan” situasi dan meredakan potensi emosi massa yang tersisa.

Selanjutnya, seperti apa yang kita lihat bersama, semua berakhir tenang kemarin.

Tetapi dibaliknya ada permainan strategi yang hari itu sukses dimenangkan oleh Pemerintah.
Tanpa ada kekerasan
Tanpa ada korban seorangpun
Tanpa perlu ada perubahan sikap atau langkah apa2 terkait proses hukum yang sedang berjalan.

Maka kedepannya, diharapkan bila tetap ada yang tidak puas dengan hasil proses hukum yang terjadi, tidak akan menimbulkan gejolak lagi, karena emosi massa sudah mendingin. Tentu masih bisa ada protes2, tapi tidak dalam skala yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan lain.

oleh: Yoko Hendratmo

0 Response to "Taktik Jokowi: Potong Kepalanya , Peluk Badannya"

Posting Komentar