About

Ahok Jawaban Bagi Ibukota, Bukan Anies Apalagi Agus




Ada pertanyaan sederhana pilih Anies atau Ahok bang? Pertanyaan ini mungkin juga ada dibenak para pendukung Jokowi yang kesengsem dengan sosok Anies yang kalem, bijak, cerdas, berintegritas dan ganteng.

Banyak teman teman saya terusik gegara majunya Anies melawan Ahok. Keduanya Ahok dan Anies sama sama pendukung Jokowi. Siapa yang tak kenal Anies yang berpembawaan tenang dan jago menguntai kata dalam menyampaikan pesan pesan pencerahan? Siapa yang tak kenal Anies sebagai sosok pemimpin muda yang pintar dan disebut sebagai sang inspirator?

Saya termasuk salah satu yang menyukai pikiran pikiran Anies. Jika Anies berdiri di depan mic dijamin orang yang melihat dan mendengarnya akan terpesona. Terkesima. Bahkan mungkin terhipnotis atas untaian untaian diksi kata perkata yang mengalir runtut dan lancar. Persis untaian syair dalam puisi bernada.

Suatu hari akhir 2015, saya diundang dalam pencanangan Gerakan Indonesia Pintar. Ini program kerja sama antar relawan dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kelanjutan dari program pengajaran dan pendidikan yang menyasar keluarga marginal perkotaan dan desa terluar.

Anies Baswedan memberikan pidato tanpa teks di salah satu aula Kemendikbud. Dengan lugas padu ekspresi senyum menawan Menteri Anies membuka pidatonya dari catatan sejarah para pemuda terpelajar Indonesia masa masa kolonial Belanda.

Anies menyebut dr. Sutomo, dr. Wahidin Sudirohusodo. Lalu berlanjut dengan kemunculan Soempah Pemuda dan para pelajar pembebas dan pemikir pendiri bangsa Soekarno, Hatta, Syahrir.

Singkatnya, pidato Anies itu kaya akan cerita epic para cendikia pembebas bangsa dari kemiskinan, kebodohan dan ketertinggalan. Zaman bergerak hingga Indonesia merdeka berlanjut dalam abad 21. Abad dimana teknologi informasi menjadi pemersatu semua individu dalam barisan dunia tanpa batas lagi.

Saya mencatat poin poin penting Anies yang dicampurkan dengan sejarah perjalanan hidup masa kecil, remaja dan saat Ia kuliah. Membaca dan menulis.

Membaca adalah membuka kotak kebodohan kita. Itulah pentingnya pengetahuan. Pengetahuan yang membangkitkan semangat ke Indonesiaan kita untuk maju dan berkembang.

Kembali kepertanyaan sahabat saya tadi, apa pilihan saya untuk dua kandidat Anies dan Ahok? Pertanyaan ini tentu pertanyaan sederhana yang jawabannya sederhana juga. Saya memilih Ahok sebagai Gubernur Jakarta. Titik.

Mengapa?

Memberi pujian pada Anies Baswedan atas karakter pribadi dan pikiran pikirannya bukan berarti saya setuju Ia menjadi gubernur Jakarta. Ini sama halnya saya menyukai Raisa bukan berarti setuju Ia menjadi gubernur Jakarta kalau Raisa maju mencalonkan diri.

Menjadi gubernur DKI tentu parameternya sedikit lebih kompleks. Banyak keahlian sebagai seorang leader dan kemampuan manajerial yang harus dimiliki seorang gubernur. Dan kemampuan dan keahlian itu lahir dan terbentuk dari passion, genetika dan pengalaman.

Jika anda punya uang senilai 10 Milyar, kira kira orang seperti apa yang anda butuhkan untuk mengelola uang anda?

Saya yakin pastilah anda mencari orang yang terpercaya dan punya kemampuan menggunakan uang dengan baik. Terpercaya dan mampu. Dua syarat utama yang selalu kita cari Dari orang yang kita butuhkan dalam mengelola kekayaan kita.

Ahok adalah orang terpercaya itu. Ahok sebagai pengelola uang milik kita yang dipungut dari pajak berhasil menjaganya dari garong pembegal uang APBD DKI. Ia bak penjaga gudang beras yang bersenjata pedang berdiri kokoh di pintu gerbang lumbung makanan kerajaan.

Siapapun yang mencoba menjarah beras itu akan disabet dengan pedang tajamnya. Tanpa terkecuali. Tidak seorangpun pencuri bisa melewati penjaga yang setia menjaga kekayaan milik rakyat ini.

Disamping pendiriannya yang teguh mengamankan kekayaan rakyat dari garong, Ahok juga seorang pemberani dan memiliki ketegasan tanpa kompromi.

Ia benar benar memasang wajah sangar bagi pejabat DKI yang terbukti bermain main. Apalagi terbukti bersekongkol dengan pemain proyek. Habislah karir pejabat brengsek itu dicopot Ahok.

Ahok menempatkan semua kekayaan uang rakyat DKI itu untuk kepentingan umum. Tidak heran tingkat kepuasan warga DKI mencapai titik tertinggi hingga 75 persen. Fasilitas publik semakin terpenuhi. Sungai sungai bersih dan lancar arusnya. Pelayanan publik semakin memanjakan warga Jakarta.

Bagi saya, memilih gubernur Ibukota bukan semata soal hati. Tapi lebih dari itu rasionalitas. Pertimbangan nalar akal sehat. Nilai nilai itulah yang saya pakai dalam melihat para kandidat calon gubernur.

Anies Baswedan adalah orang hebat dibidang pendidikan dan pengajaran. Sumbangsih terbaik telah diberikannya buat kebaikan bangsa dan negara terutama dalam bidang pendidikan dan pengajaran.

Namun untuk memimpin Ibukota Republik Indonesia Anies bukanlah sosok yang tepat. Apalagi Agus Harimurti yang masih hijau dalam memimpin jutaan orang. Paling banter Mayor Agus punya pengalaman memimpin ratusan prajurit setingkat kompi.

Belum lagi tidak adanya catatan pengalaman Mayor Agus pernah memikirkan kebijakan publik kota. Kebijakan publik dengan tingkat kompleksitas masalah perkotaan yang ruwet dan rumit. Pelik.

Jakarta adalah kota padat dengan sejuta kepentingan tempat para garong, penjahat, penipu, pembual dan koruptor hilir mudik. Terlalu riskan pertaruhan kepentingan 10 juta warga DKI dipertaruhkan ketangan orang yang tidak tepat.

Ahok Djarot adalah jawaban yang paling tepat saat ini untuk memimpin Ibukota yang penuh kompleksitas masalah. Pemerintahan DKI saat ini sudah berjalan dalam rel yang benar.

Tugas kita adalah memenangkan Ahok Djarot agar berhasil memimpin kembali Jakarta hingga 2021. Ini penting agar program program pembangunan dan kesejahteraan publik bisa terwujud tanpa penghentian dan perubahan kebijakan karena bergantinya seorang Gubernur baru. Gitu.

Salam membara Ahok Djarot
Birgaldo Sinaga
Front Pendukung Ahok

0 Response to "Ahok Jawaban Bagi Ibukota, Bukan Anies Apalagi Agus"

Posting Komentar