About

Anies Baswedan di Lingkaran Setan





Puisi

Sajak tukang gusur.

Tukang gusur-tukang gusur. Menggusur orang-orang miskin. Di kampung-kampung hunian puluhan tahun. Di pinggir bantaran kali Ciliwung. Di rumah-rumah nelayan Jakarta. Di dekat apartemen mewah, mal yang gagah. Semua digusur, sampai hancur.

Tukang gusur, tukang gusur. Melebur orang-orang miskin. Melumat mimpi-mimpi masa depan. Membunuh cita-cita dan harapan. Anak-anak kehilangan sekolah, bapak-bapaknya dipaksa menganggur. Ibu-ibu kehabisan air mata.

Tukang gusur, menebar ketakutan di Ibu Kota. Gayanya pongah bagai penjajah. Caci maki kanan kiri. Mulutnya serigala penguasa. Segala kotoran muntah. Kawan-kawannya konglomerat. Centengnya oknum aparat. Menteror kehidupan rakyat.

Ibu Kota katanya semakin indah. Orang-orang miskin digusur pindah. Gedung-gedung semakin cantik menjulang. Orang miskin digusur hilang.

Tukang gusur tukang gusur. Sampai kapan kau duduk di sana. Menindas kaum dhuafa.

Tukang gusur, tukang gusur. Suatu masa kau menerima karma. Pasti digusur oleh rakyat Jakarta.

■■■■■■■■■■■■

Itu adalah puisi Fadli Zon yang dibacakan saat mengumumkan secara resmi pasangan Anies Sandiaga. Saya pribadi tak paham puisi, tak bisa menikmatinya, apalagi membuatnya. Jadi tidak bisa menilai puisi Fadli Zon dan kita tidak akan membahas soal itu karena saya juga tidak terlalu memperhatikannya.

Namun saya tertarik dengan raut wajah Anies Baswedan yang berada di tengah-tengah mereka. Anies adalah satu-satunya orang yang cemberut saat semua orang bersorak saat Fadli Zon selesai membaca puisinya.

Anies jelas menampakkan kekecewaan yang sangat luar biasa. Karena dirinya mengusung kampanye santun dan adu gagasan. Tapi Fadli Zon malah merusaknya dengan puisi yang penuh tuduhan sepihak.

Saya jadi teringat pada 2014 lalu saat Anies Baswedan menjadi juru kampanye Jokowi-JK, berhadapan dengan Prabowo, Fadli Gerindra dan Fahri PKS. Saat itu Anies Baswedan mengatakan banyak hal, namun yang paling sering kita dengar adalah: turun tangan, orang baik tersingkir karena banyak orang baik diam. Atau Orang baik bergabung dengan orang baik.

Kini Anies Baswedan berkumpul dengan partai Gerindra yang kemarin politisinya mengkorupsi waktu doa sebagai orasi, dan PKS yang politisi medianya kerap melabeli orang sinting jika berseberangan dengannya. Apakah Anies sadar bahwa dirinya bergabung dengan partai politik yang pada Pilpres lalu begitu keras dan kejam dengan segala fitnah cyber PKS? Entahlah.

Tapi melihat Anies cemberut di tengah-tengah tawa riang dan sorakan kader partai pengusung, saya menyimpulkannya persis seperti judul artikel ini: Anies Baswedan di lingkaran setan.

Anies dan Sandiaga mengusung politik santun dan senyum, namun bergabung dengan Gerindra dan PKS yang kita kenal sangat keras dengan kampanye hitamnya. Lihatlah Prabowo dengan tagline capres boneka, atau puisi boleh korupsi asal santun. Fitnah-fitnah antek China, membahayakan Islam sampai dulu para ulama mengeluarkan fatwa haram memilih Jokowi, menteri agama dihapus, dipimpin orang syiah, dan sebagainya. Semua materi tersebut dihembuskan oleh kader-kader PKS yang memang memiliki cyber army. Begitu keras di sosial media. Bukankah aneh kalau sekarang Anies Sandiaga mengusung politik senyum dan santun? Apa jangan-jangan PKS dan Gerindra sudah taubat? Hehe. Baru pengumuman saja Anies sudah tidak bisa senyum saat yang lain tersenyum bahagia. Sampai di sini saya bisa sinting kalau dipaksa percaya Anies mengusung politik senyum dan santun.

Anies Baswedan turun tangan


Saat Anies Baswedan mengikuti Capres konvensi partai Demokrat, banyak orang yang menyayangkan. Meski sebagian relawan tetap mendukung Anies. Saya sendiri menerima alasan Anies saat itu: turun tangan.

“Pisahkan antara konvensi dengan Partai Demokrat. Konvensi adalah cara terbaik untuk mencari pemimpin dibandingkan dengan pencarian pemimpin yang hanya ditentukan oleh Ketua Umum partai atau pemodal partai. Jadi konvensi itu benar, penyelenggaranya yang bermasalah,” tegas Anies.

Jadi saya pikir saat itu konvensinya benar, Anies maju untuk menawarkan diri pada publik. Dan tidak masalah dia akan dimajukan dari partai manapun setelah itu. Masuk akal. Saya bisa tutup mata dengan partai korup Demokrat, dan berharap Anies bisa dimajukan sebagai Capres atau Cawapres. Namun gagal, karena yang maju hanya Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta.

Setelah Pilpres selesai, Anies kemudian ditunjuk sebagai Menteri Pendidikan. Sangat sesuai dengan keahliannya. Namun 2 tahun berselang beliau dikeluarkan dari kabinet, lengser dari Menteri Pendidikan. Dan yang terbaru, Anies maju sebagai Cagub DKI dari Gerindra dan PKS.

Bagi saya ini luar biasa dan perlu perenungan ekstra untuk melihat sepak terjang Anies. Suara-suara sumbang bahwa gerakan Indonesia Mengajar hanyalah kendaraan posisi tawar seorang Anies kini kembali terdengar di telinga saya. Lewat gerakan Indonesia Mengajar Anies menaikkan citra dan posisi tawarnya. Semua demi jabatan dan kekuasan.

Saya belum bisa mendapat alasan logis, mengapa orang yang pernah jadi Menteri masih ingin maju sebagai Calon Gubernur. Kalau Yusril berambisi maju sebagai Cagub DKI, mungkin karena beliau selalu gagal Capres, tapi bagaimana dengan Anies Baswedan? Oh iya, Anies juga gagal Capres. Apakah skenarionya akan sama seperti Yusril yang ingin jadi Gubernur Jakarta agar bisa jadi Capres 2019 nanti? Entahlah.

Saya melihat seorang Anies Baswedan tidak sama lagi seperti beberapa tahun yang lalu. Sebab saya pikir setelah lengser dari kursi Menteri Pendidikan, Anies akan kembali ke Indonesia Mengajar, sesuai janjinya.

“Saya pergi tidak akan jauh-jauh dari dunia pendidikan. Saya akan terus. Dulu saya ada di wilayah pendidikan. Kemarin saya ada di pemerintahan. Sekarang saya tidak lagi. Ya kembali ke yang dulu,” ujar Anies kepada Kompas.com di rumahnya di bilangan Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Kamis (28/7/2016).

Tapi ternyata Anies kini ingin menjadi Gubernur DKI. Apakah ini jauh dari dunia pendidikan? Tanyakan saja pada kura-kura. Sepertinya Anies sebagai orang baik memang selalu ingin turun tangan. Ada peluang Capres, turun tangan. Ada posisi Menteri, turun tangan. Dan sekarang ada peluang Cagub, juga turun tangan. Lalu pada 2019 nanti jika ada peluang Capres, Anies dapat dipastikan juga akan turun tangan.

So mantan-mantan saya yang syuper, ijinkan Pakar Mantan memberikan kesimpulan. Pisahkan antara Cagub dengan Partai pengusung. Cagub adalah proses memilih Gubernur dibandingkan dengan partai yang hanya bisa mengajukan calon Gubernur. Jadi Cagub itu benar, partainya yang bermasalah.

Sumber: seword.com

0 Response to "Anies Baswedan di Lingkaran Setan"

Posting Komentar