About

Kanjeng Dimas ditangkap, Padepokannya di Makassar dipantau polisi




Padepokan Kanjeng Dimas Taat Pribadi di Makassar. ©2016 Merdeka.com

Ambiguistik.com - Pasca ditangkapnya Kanjeng Dimas Taat Pribadi di Probolinggo, Jawa Timur beberapa hari lalu, padepokannya di Jalan Bontobila 1 No 18, Kecamatan Manggala, Makassar saat ini dalam pantauan polisi untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk karena di wilayah Makassar. Kanjeng Dimas juga memiliki banyak pengikut.

Kanjeng Dimas Taat Pribadi adalah tersangka otak pembunuhan Abdul Gani dan Ismail yang pernah menyatakan ingin membongkar praktik penggandaan uang milik sang Kanjeng.

Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasat Reskrim) Polrestabes Makassar, Kompol Musbagh Niam yang dikonfirmasi, Sabtu, (24/9) menjelaskan, hingga saat ini belum ada yang melapor telah dirugikan hanya saja tempat itu tetap dalam pantauan.

"Kita tetap pantau-pantau tempat Kanjeng itu karena informasi yang kita terima kalau sebenarnya di Makassar juga banyak korbannya hanya saja sampai hari ini belum ada yang masukkan laporannya," kata Kompol Musbagh Niam

Dijelaskan, informasi yang diterima kalau sebenarnya korban paling banyak itu di Makassar. Ada sampai Rp 200 miliar uang yang diraupnya.

Sementara itu pantauan Merdeka.com di Padepokan Kanjeng Dimas yang berada di Jalan Bontobila, tampak sepi. Kata warga setempat, belakangan rumah no 18 itu memang selalu sepi sejak mendekati Ramadan lalu nyaris diserang oleh pengikutnya karena menagih uangnya segera dicairkan.

Warga Jalan Bontobila 1 berinisial As yang tidak ingin namanya ditulis lengkap mengatakan, yang tinggal di rumah no 18 itu akrab dipanggil Pak Kanjeng. Pemilik rumah sesungguhnya adalah seorang mantan politisi senior Golkar asal Kabupaten Soppeng, Sulsel.

"Kalau tidak salah sejak tahun 2013 atau awal tahun 2014, Pak Kanjeng sudah tiga kali ke Makassar. Tiap kali datang, selalu tinggal berbulan-bulan dan tiap kali datang juga, selalu ada Marwah Daud Ibrahim," ujarnya.

As menambahkan, tiap kali mereka datang, pengikut yang dinamainya santri Bontobila banyak yang datang. Selain dari Makassar, ada juga dari luar daerah termasuk dari Kendari, Sulawesi Tenggara. Hanya saja, warga sekitar Bontobila tidak ada yang berminat jadi pengikut.

"Warga sekitar sini tidak ada yang mau jadi santrinya karena yang dilakukan pak kanjeng itu tidak masuk akal. Katanya, siapapun yang masuk harus dilantik dulu jadi santrinya dan setor uang. Setor-setor uang terus supaya uangnya beranak dan di waktu tertentu baru dicairkan," kata As.

Kata As, tidak banyak kepastian bisa diketahui tentang praktik penggandaan uang pak kanjeng karena warga sekitar tidak ada yang jadi santrinya sehingga informasi yang diperoleh hanya sebatas informasi saja dari hasil mengorek keterangan korbannya namun itu itupun tidak banyak karena mereka lebih banyak bersikap tertutup.

Memang selama ini pak kanjeng dan pengikutnya tidak pernah mengganggu warga sekitar, tidak pernah berbuat onar dan juga tidak pernah berusaha mempengaruhi warga untuk mengikutinya. Hanya saja, kata As, yang dikhawatirkan saat ini kalau ada pengikutnya yang baru sadar telah jadi korban penipuan praktik penggandaan uang lalu mengamuk.

"Kalau merusak padepokan itu belum seberapa tapi kalau padepokan itu dibakar, bisa saja menjalar ke rumah warga setempat. Semoga saja tidak terjadi," kata As.

Sementara Nico, juga salah seorang warga Jalan Bontobila 1 mengaku kalau sudah sejak lama dia penasaran dengan rumah no 18 yang dijadikan padepokan oleh pak kanjeng itu. Ada malam-malam tertentu rumah itu dipadati tamunya. Tapi katanya pengajian saja dan semacamnya.

"Meski selalu banyak orang yang datang di malam-malam tertentu tapi tidak pernah buat kacau. Tapi kalau ternyata dibalik kegiatan berkedok pengajian itu aliran menyesatkan, harus ditindak," kata Nico. merdeka.com

0 Response to "Kanjeng Dimas ditangkap, Padepokannya di Makassar dipantau polisi"

Posting Komentar