About

PDIP Pasti Usung Ahok




Peta politik menjelang Pilkada 2017 sepertinya sudah tidak asik lagi. Kengototan #TemanAhok untuk maju lewat jalur independen menuai banyak manuver dari para calo dan makelar kasus. Lihat saja, hanya di era Ahok, kita ribut soal reklamasi. Padahal ijin sudah keluar sejak jaman Foke. Sumberwaras yang sempat mengendor, tiba-tiba diungkit lagi tak lama setelah #TemanAhok nyatakan genderang perang melawan semua Parpol, Ahok-Heru siap maju independen.

Relawan #TemanAhok kurang berhitung tentang dampak politiknya. Deklarasi maju via independen adalah keputusan politik yang membuat semua jalan Ahok jadi sangat berat.

Dengan menyatakan diri maju independen, maka Yusril dan Sandiaga seperti mendapat tiket VIP dan bisa masuk berkoalisi dengan semua Parpol guna melawan Ahok, terutama Gerindra, mantan partai Ahok.

Posisi tawar Yusril dan Sandiaga di mata partai politik menjadi sangat tinggi, karena saat ini mereka tidak punya pilihan selain dua nama tersebut. Relawan #TemanAhok menutup rapat-rapat buat semua Parpol, “Ahok harus independen!” Inilah awal dari semua kekisruhan politik di Jakarta dan harus melewati 3 fase.

Fase pertama, Yusril dan Sandiaga akan melawan apapun yang Ahok lakukan dan bisa menaikkan elektabilitasnya. Contoh terdekat adalah penertiban Luar Batang, Yusril dan Sandiaga hadir di tengah-tengah korban penggusuran. Berstatus sebagai profesor dan sangat paham hukum, Yusril tak segan melawan Ahok dengan argumen-argumen sesuai hukum.

Semua aksi Yusril dan Sandiaga, selain menaikkan elektabilitas dan meraih simpati, juga untuk tebar pesona pada semua partai yang ada di Indonesia. Satu-satunya alasan kenapa Sandiaga lebih kalem karena dia jelas dari Gerindra. Sementara Yusril harus berdarah-darah karena partainya sendiri tak punya kekuatan apa-apa di Jakarta, sehingga harus berusaha ekstra untuk membuka pintu partai. Jika harus diibaratkan, Sandiaga duduk manispun pasti diperhitungkan Gerindra, sementara Yusril kalaupun sudah goyang ngebor dengan rok di atas lutut juga belum tentu dipilih.

Saat Yusril dan Sandiaga tebar pesona, partai politik coba lempar isu. PAN dan Demokrat contohnya, mereka coba lempar opini bahwa mungkin saja mereka mengusung Ahok. Selain itu, Parpol coba munculkan nama-nama alternatif seperti Ridwan Kamil dan Risma. Namun semuanya mentah, publik tetap lebih suka Ahok dan tutup mata dengan suara gombal Parpol yang coba dukung Ahok. Sehingga pilihannya kembali pada Yusril dan Sandiaga.

Pada fase pertama ini, Ahok tak goyah sedikitpun. Menang besar. Apapun yang mereka lakukan dengan bantuan media, publik malah semakin mendukung Ahok.

Fase kedua, serangan dari oknum petugas pemerintah seperti BPK, KPK dan lain-lain. Mereka membuat opini publik bahwa Ahok tidak bersih, korup dan sebagainya. Contohnya BPK, yang gagal paham soal posisi tanah di Sumberwaras, mereka ngotot bahwa posisinya berada di jalan Tomang Utara, kemudian menghitung NJOPnya dan muncullah gap 193 milyar dari harga pembelian tanah oleh Pemprov DKI. Selengkapnya bisa baca di sini: http://seword.com/politik/sumberwaras-ilc-dan-goblok/

Sementara oknum KPK juga ada yang coba bocorkan BAP, namun karena tujuannya adalah provokasi, maka ditulislah judul bahwa uang dari Podomoro diterima oleh Ahok secara pribadi, selengkapnya baca di sini: http://seword.com/politik/operasi-jatuhkan-ahok-via-bap-bocor/

Selain dua cerita propaganda ini, ke depan pasti masih akan ada lagi. Entah dengan cara apa, yang penting operasi menjelek-jelekkan nama Ahok harus jalan. Elektabilitas Ahok harus jatuh supaya kans lawannya, siapapun itu, jadi lebih tinggi.

Katakanlah pimpinan KPK independen dan bersih, tapi staf dan bawahannya saya sangat yakin banyak yang merupakan orang Parpol yang sengaja ditempatkan di sana, sebagai informan. Inilah kenapa sampai ada berita “BAP bocor” dan KPK tidak mau membantahnya. Sementara BPK sudah jelas, pimpinannya adalah Caleg gagal pada 2014 lalu dari partai papa. Mereka bebas melakukan manuver politik di areanya, sekalipun tau tidak mungkin menjerat Ahok, yang penting opini publik sudah terbentuk.

Fase ketiga, jika fase pertama dan kedua sudah lewat dan sedang terjadi, maka fase ketiga ini hampir dan akan segera terjadi. Saya namakan saja sebagai fase propaganda media.

Di fase ini, media mainstream yang selama ini kita kenal valid mulai memainkan isu. Tebar pesona, naikkan posisi tawar. Menurut salah satu informan seword.com yang saat ini berada cukup dekat dengan Ahok dan sekitar partai politik, beberapa media sudah menjalin komunikasi dengan lawan-lawan Ahok via Parpol.

Inilah kenapa media mainstream belakangan jadi seperti media gosip, yang bahkan komentar soal “rumor” pun dijadikan berita. BAP bocor dan komentar-komentar artis mulai kurang laku juga menghiasi kanal politik.

Ke depan, media kita akan menampung apa saja yang diucapkan oleh tokoh atau orang yang mengaku pengamat. Tak peduli lagi pada rasionalitas, yang penting berita mereka tayang.

Sementara Ahok pasti sudah menyadari hal ini, kemudian muncullah banyak komentar frontal namun menghibur dari seorang Ahok. Mulai dari terima kasih ada yang miara, sampai warga Luar Batang hanya ambul sembako tapi tidak diam di tenda, malam hari mereka pulang. Media, sekalipun tidak dikondisikan, tetap akan memberitakan karena nilai jualnya tinggi.

Sebelum media tersebut belum benar-benar deal, maka media masih akan terus menampung pernyataan menarik dari Ahok. Sementara di sisi lain juga menampung komentar lawan-lawan Ahok. Tapi jika diperhatikan, tidak semua media mainstream seragam, saat ini bahkan sudah ada yang perlahan berhenti memuat pernyataan unik dan positif dari Ahok. Silahkan diperhatikan.


Pada fase ketiga ini memang belum sepenuhnya beroperasi. Sebab Pilkada 2017 masih cukup lama. Tapi meski begitu langkah Ahok sudah cukup berat dalam menuntaskan pekerjaannya sebagai Gubernur Jakarta. 3 fase tersebut pasti sudah mengganggu pikiran Ahok.

Dari kenyataan inilah saya tidak kaget sama sekali ketika Ahok berseloroh “tenang, saya belum tentu ikut Pilkada, karena banyak yang tidak ingin saya ikut,” semalam saat perjanjian hibah dengan KPU di Balai Kota.

Di luar 3 fase tersebut, Ahok pasti punya alasan lain berupa informasi yang belum mencuat di media saat ini. Soal apakah itu? Saya belum berani buka. Tapi yang pernah mencuat di media adalah soal otak-atik undang-undang tentang cara maju via independen. Sebelumnya sempat ada wacana wajib menyertakan materai 6,000 rupiah. Untuk saat ini sudah mereda, tapi bisa saja diotak-atik lagi guna menjegal Ahok.

PDIP Pasti Dukung Ahok

Pagi tadi, salah satu informan seword.com menghubungi saya tentang peta politik saat ini. Update.

Sejak 1 Mei lalu, Pakar Mantan coba gambarkan peta politik bahwa PDIP tak akan membawa Risma atau Ganjar ke Jakarta serta masih terbuka peluang Ahok akan diusung PDIP. Karena Risma disiapkan untuk Jatim dan Ganjar Jateng, selengkapnya bisa dilihat di sini tulisan sebelumnya “Jika Ahok sukses, 2019 Jokowi Independen”

Pagi tadi saya mendapat konfirmasi bahwa hampir pasti PDIP mendukung atau mengusung Ahok. Berikut penjelasan dan analisa titik-titik ala @Pakar_Mantan:

PDIP adalah satu-satunya partai yang masih punya peluang mengusung Ahok. Ini karena Megawati dan Ahok sangat dekat. Sementara sampai 2017 nanti Ahok dan Djarot juga merupakan Gubernur dan Wagub yang diusung PDIP.

PDIP adalah satu-satunya partai yang paling konsisten. Sekali melangkah, pantang balik arah. Sekali dihianati SBY, pantang untuk berkoalisi lagi. Berani menyerang Megawati, ke depan tak akan bisa duduk semeja lagi. Inilah yang terjadi pada Demokrat dan Gerindra.

Pilkada 2017, Gerindra adalah partai paling punya alasan untuk melawan Ahok. Tak heran kalau Demokrat dan PKS sudah digandeng untuk masuk dalam koalisi. Sementara PDIP hampir pasti tidak akan bergabung dengan Gerindra dan Demokrat untuk Pilkada kelas berat. Selain karena gengsi dan konsistensi, PDIP pasti lebih senang mengalahkan Demokrat dan Gerindra.

Cara paling mematikan untuk mengalahkan semua partai adalah dengan mengusung atau mendukung Ahok. Jika PDIP mendukung Ahok, maka Pilkada 2017 selesai sebelum waktunya. Ribut-ribut di media pasti sedikit teredam karena mesin partai akan bergerak.

Menurut informan seword.com, atau katakanlah informasi S1, Megawati sudah meminta Ahok bergabung dengan PDIP. Karena cuma itu cara agar kader PDIP bisa lebih menerima Ahok dan PDIP akan punya alasan untuk mendukung Ahok.

Di PDIP sendiri ada kelompok yang tidak suka dengan perubahan. 2014 lalu saat nama Jokowi mulai muncuat sebagai kandidat Capres, ada banyak kader yang tidak setuju. Bahkan sampai sekarangpun masih ada yang hobi merecoki dan mengganggu. Nah kelompok ini hanya bisa diredam jika Ahok masuk PDIP.

Namun Ahok menolak masuk PDIP, tapi menyuruh wakilnya Heru untuk masuk. Ahok tetap ingin berada di luar yang punya hubungan baik dengan Megawati dan tidak terjangkau kader-kader bawah. Supaya ke depan tidak bisa dimintai proyek-proyek. Ahok sudah nyaman dengan posisi seperti sekarang dan mau saja kalau wakilnya dari PDIP.

Sementara Heru diberitakan tak mau terlalu masuk ke arus politik, dia rela saja kalaupun PDIP mau mengusung Ahok dan Djarot. Tapi masalahnya Ahok tetap lebih setuju kalau Wagubnya Heru, karena alasan titik-titik.

Dari informasi teraktual inilah Pakar Mantan menyimpulkan Ahok pasti didukung PDIP. Saat ini komunikasi sedang berjalan dengan tujuan akhir Ahok-Heru. Tapi kalau komunikasi ini mentok, maka dipastikan yang maju adalah Ahok-Djarot.

Tapi meski kondisinya sudah begini, Ahok tetap harus menghadapi 3 fase tersebut sampai PDIP resmi deklarasikan dukungan. Kapankah konsulidasi ini selesai? Bisa saja dalam waktu dekat jika serangan terhadap Ahok sudah tak terkendali, dengan begitu kader PDIP pasti otomatis bergerak meredam operasi politik tetangga. Atau dukungan baru muncul menjelang injury time seperti cerita Presiden Jokowi. Jadi misal maju independen wajib sertakan materai 6,000 disetujui, itu ga akan ada gunanya, sebab Ahok tetap akan jadi Gubernur.

Kalau PDIP sudah dukung, partai lain bisa apa? Ya bikin lembaga survey quick count tandingan supaya bisa sujud syukur atas kegagalannya. Hahaha.

Sengaja saya tulis informasi ini agar tetangga sebelah dan yang sesapian dengannya kejang-kejang lebih awal. Apapun yang kalian upayakan saat ini, itu ga akan berhasil. yaaah begitulah kura-kura. sumber: seword

0 Response to "PDIP Pasti Usung Ahok"

Posting Komentar