Melihat konstelasi calon-calon yg akan berlaga di pilgub DKI, sebagian suara mengatakan bahwa pemenangnya sudah jelas.
Pertandingan telah usai!
Ini adalah sesuatu yg berbahaya. Merendahkan lawan, bukan sikap yang bijak, bahkan bila memang sudah punya keunggulan yg nyata.
Ini adalah zero sum game, pada saat elektabilitas satu pihak naik, otomatis yg lain akan turun. Dan bila incumbent memang saat ini punya elektabilitas yang tak tertandingi....maka penantang akan melakukan segala cara untuk menggerus elektabilitas yang bersangkutan.
Belajarlah pada pilpres 2014, dimana salah satu calon diawalnya punya elektabilitas sangat tinggi. Dan dalam rentang waktu kampanye, lawan bisa menggerusnya walau tetap tidak cukup untuk memenangkan pertarungan.
Semua cara dipakai, baik yg benar maupun yang salah.
Negative campaign dan black campaign dipakai dengan sangat intensif.
Maka, tidaklah berlebihan bila pilgub DKI kali ini akan menjadi ajang tanding jilid 2, dengan cara-cara yg tidak banyak berubah.
Oleh sebab itu, walaupun unggul besar di awal sekalipun, sebaiknya tidak pernah memandang enteng lawan. Bahkan ketika lawan sudah hampir pasti kalah, bukanlah alasan untuk santai dan merasa/bersikap seakan sudah menang.
Bahkan ketika penantang kalah, secara moril mereka sudah berhasil membuktikan diri bila bisa memaksa incumbent hanya menang tipis.
Karena itu, akan lebih baik bila semua lawan, dianggap dan diantisipasi secara sangat serius dan berhati-hati.
Lebih baik overestimate lawan ( sehingga menggunakan kekuatan berlebih ), ketimbang nyantai dan menggunakan kekuatan seadanya ( karena merasa lawan sudah pasti kalah) tapi malah terkaget-kaget sendiri nanti ketika lawan tidak selemah yg diduga.
Penulis: Yoko Hendarto
0 Response to "Jangan pandang rendah lawan anda, sekalipun dia sekarang memang rendah!"
Posting Komentar