About

FOKUS: Jakarta Memanas, Dialog Lintas Agama Bisa Jadi "Penawar"



Ambiguistik.com - IBU KOTA DKI Jakarta adalah cerminan nusantara, cerminan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Namun sayangnya belakangan situasi di Jakarta sedang tidak asik, akibat pelik Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang rawan berpotensi konflik. 

Diawali gegernya potongan-potongan video Youtube yang menayangkan soal pernyataan calon gubernur petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), kala mengungkit ayat suci Alquran, tepatnya Surah Al Maidah 51. 

Terlepas dari sejumlah laporan ke polisi dan demonstrasi menolak Ahok, mulai muncul kicauan-kicauan sumbang yang bahkan, beberapa di antaranya sudah menjurus isu SARA (Suku, Ras Agama, Antargolongan).

Ambiguistik tentu saja enggan menyebutkan contoh-contoh cuitan netizen di berbagai media sosial, terkait persaingan Pilkada DKI yang berbau SARA. Sebabnya tentu karena enggan meletupkan percikan lain soal SARA.

Padahal, SARA inilah yang acap jadi momok bagi negeri yang lahir berkat Proklamasi 17 Agustus 71 tahun lampau. Negeri ini diperjuangkan dengan keringat, darah, bahkan nyawa para petarung revolusi yang berasal dari beragam suku dan agama.

Beberapa calon lain, sedianya sudah beberapa waktu ini menyerukan agar masyarakat ibu kota, tidak termakan provokasi yang berbau SARA. Seperti pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uni dan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni.

Mereka berharap pesta demokrasi di ibu kota pada Februari tahun depan, bisa berjalan mulus, aman, tenteram dan sejuk. Pun begitu, tetap saja ada orang-orang yang konyol melontarkan bermacam kata-kata tak mengenakkan di media sosial, seakan tidak gentar dengan ancaman Undang-Undang (UU) ITE.

Satu hal lagi, jangan kira panasnya persaingan Pilkada yang mulai pelik ini tidak berpengaruh ke daerah lain. Pasalnya isu SARA terbilang universal dan jika satu golongan sudah bertindak provokatif, maka golongan lain di beberapa daerah luar DKI tentu bakal ikut bereaksi.

Ini yang jadi kekhawatiran banyak pihak. Seperti Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X, misalnya. (Baca: Sultan HB X: Dialog Lintas Agama Solusi Konflik Cegah Perpecahan)

Menurut Sultan HB X dalam sebuah acara pada Selasa 18 Oktober kemarin, tradisi suku dan keagamaan yang berbeda-beda di seluruh nusantara, ibarat warna yang tidak terbatas jumlahnya. Oleh karenanya, demi mencegah konflik berbau SARA, dibutuhkan dialog lintas agama.

etiap perbedaan, bahkan konflik pun, solusinya adalah dialog yang tulus, bukan sikap yang sangar dengan menghunus pedang, urai Sultan HB X.

"Merah bukanlah kuning, sama halnya Hinduisme bukanlah Buddhisme. Namun, pada pembatasannya orang tak tahu pasti, di mana merah berakhir dan kuning dimulai. Justru di sinilah letak esensi keberagamaan kita. Karena itu, perbedaan tidak harus dikompromikan, hanya perlu diberi bingkai toleransi," imbuhnya.

Seruan serupa juga dilayangkan legislator dari Komisi III DPR RI Ahmad Saroni. Memang masyarakat Jakarta bisa dibilang sudah jadi pemilih yang cerdas. Tapi tetap saja kalau provokasi gencar, potensi konflik tetap jadi ancaman buat kehidupan berbangsa.


Kampanye saja belum dimulai, namun nuansa kebencian sudah kita lihat dan dengar di mana-mana. Karena itu, saya berharap dalam kampanye nanti semua lebih santun, beretika dan tidak berkampanye membawa isu SARA. Saya mengharapkan agar semua tetap damai dan kondusif, tandasnya.

sumber: warta10

Jangan Abaikan Yang Ini :

0 Response to "FOKUS: Jakarta Memanas, Dialog Lintas Agama Bisa Jadi "Penawar""

Posting Komentar