Ambiguistik.com - Para raja dan sultan dari penjuru Nusantara Minggu hingga Senin (11/1/2016) memenuhi Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi di Desa Wangkal Kecamatan Gading Kabupaten Probolinggo. Bangsawan-bangsawan Nusantara ini menahbiskan dan menobatkan Guru Besar Padepokan ini, Dimas Kanjeng Taat Pribadi sebagai Raja Anom dengan gelar kemuliaan Sri Raja Prabu Rajasa Nagara.
Pengukuhan Dimas Kanjeng Taat Pribadi sebagai Raja Nusantara dengan gelar Sri Raja Prabu Rajasa Nagara ini sebuah simbol dan pertanda penting bagi negara dan bangsa yang dikenal sebagai jamrud khatulistiwa ini. Apalagi gelar Sri Rajasa Nagara sendiri merupakan gelar kebangsawanan yang sebelumnya dianugerahkan kepada raja Majapahit termahsyur dan pembawa Majapahit ke puncak kejayaan, Prabu Hayam Wuruk. Raja Majapahit keempat dari Dinasti Rajasa ini bergelar Maharaja Sri Rajasa Nagara.
Sri Lalu Gede Parma sebagai Setia Usaha Agung Majelis Pemangku Adat Nusantara menjelaskan, penobatan atau jumenengan ini memang akan menjadi tonggak persatuan dan kejayaan Nusantara. Para raja dan sultan sebenarnya merupakan para penjaga dan pengayom wilayah dalam sabuk api (barisan gunung berapi) mulai Aceh, Bukit Barisan di Sumatera, Jawa Barat, Merapi di Jogjakarta hingga Gunung Rinjani. “Siapa yang akan menyambungkan Gunung Rinjani hingga Merapi yang sekarang ini terputus di Bromo ini? Dia adalah Dimas Kanjeng, Sri Raja Prabu Rajasa Nagara,” tutur Sri Lalu Gede dengan penuh semangat dan wibawa.
Ketua Asosiasi Kerajaan/Kesultanan Indonesia (AKKI) ini juga mengatakan, pusat atau episentrum utama penghidupan kerajaan nusantara nantinya ada di Padepokan ini. Kabupaten Probolinggo ini sejak dahulu di zaman Prabu Hayam Wuruk, telah menjadi wilayah percontohan yang dibuka dan dibangun Hayam Wuruk sendiri. Para raja dan sultan se-Nusantara meyakini Dimas Kanjeng bisa meneruskan jiwa dan semangat perjuangan Prabu Hayam Wuruk.
“Kami para raja dan sultan mengamanahkan Dimas Kanjeng untuk merekatkan nusantara, agar rakyat lebih makmur dan sejahtera. Apalagi dari sisi perawakan dan wajah, Prabu Hayam Wuruk juga ke-Araban, hidungnya mancung mirip Mas Kanjeng ini,” kata Sri Lalu Gede Parma di panggung kehormatan acara Jumenengan itu.
Sedangkan Prof Marwah Daud Ibrahim, sebagai panitia pengukuhan gelar Sri Raja Prabu Rajasa Nagara menyebutkan, Indonesia ke depan tak hanya menjadi pemimpin ASEAN, tapi juga menjadi pemimpin dunia, mercusuar dunia. “Indonesia harus sejahtera, dan perjuangan itu dimulai dari padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi,” kata tokoh Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) ini.
Sebelum acara Jumenengan yang disaksikan oleh puluhan ribu santri padepokan dan sekitar 10.000 kaum dhuafa dan yatim piatu ini, proses penobatan Dimas Kanjeng sebagai Raja Anom bergelar Sri Raja Prabu Rajasa Nagara telah berlangsung dengan sakral di Pendopo Rahmatan Lil Alamin, Padepokan Dimas Kanjeng mulai pukul 10.00. Para raja dan sultan satu per satu menyaksikan dan mengukuhkan sosok yang menjadi harapan besar bagi kejayaan nusantara di masa depan. Bergiliran mereka menyematkan tanda kebangsawanan dan pemakaian busana khas raja.
Para raja dan sultan yang hadir dalam jumenengan ini antara lain Ketua Asosiasi Kerajaan dan Kraton Indonesia (AKKI) Sri Lalu Gede Pharmanegara Parman; Raja Ben Rafizon dari Skalabrak Puspanegara Lampung; Raja Langgoi Irwan Estikaka; Kesultanan Aceh Darussalam Sultan Tengku Suriansyah; Sultan Bulungan Dato Habib; Raja Kulisusu Sulawesi Tengah, Raja Andi Firdaus Sindreng Sulsel; Raja Maros Andi Bato Anwar Sulsel, Raja Gafar Ismail Kartanegara dari Slaparan Lombok, Raja Keagungan Segayu di Puncak Nur Lampung; Raja Batudengdeng Jalaluddin Arzaki, dan Resi Agung Nusantara Koni Herbayo, serta dari Kesultanan Demak Bintoro Sultan Surya Alam.
Pengasuh Ponpes Zainul Hasan Genggong, KH Moh. Hasan Saiful Islam mengharapkan dan mendoakan Dimas Kanjeng Taat Pribadi yang bergelar Sri Raja Prabu Rajasa Nagara bisa menjalankan amanah para raja dan sultan. Sebab, para raja mengukuhkan Dimas Kanjeng sebagai raja karena dianggap mampu mengayomi masyarakat.
“Mungkin banyak yang tidak suka bahkan benci Dimas Kanjeng jadi raja. Tapi jika Allah sudah berkehendak, siapapun tak bisa menghalangi takdir Allah. Kun fayakun,” tegas KH Moh. Hasan yang disambut pekikan takbir “Allahu Akbar” oleh seluruh hadirin.
Usai pengukuhan, Dimas Kanjeng Taat Pribadi berjanji akan melaksanakan amanah para raja dan sultan dengan sebaik-baiknya. Padepokan yang dia pimpin memang mempunyai visi dan misi menyejahterakan masyarakat, mengayomi ummat. Dimas Kanjeng akan fokus menjalankan amanah para raja ini dengan segala macam rintangan dan tantangan yang akan dihadapi.
“Insya Allah kami akan bangun keraton. Fakir miskin, kaum duafa, anak yatim, akan terus kita ayomi. Kami butuh bimbingan para raja dan ulama dalam menjalankan amanah,” ujar Dimas Kanjeng singkat.
Dan seperti tradisi yang telah berulang kali digelar di Padepokan Dimas Kanjeng ini, menutup keseluruhan proses Jumenengan Agung, dibagikan santunan kepada 10.000 kaum dhuafa dan anak yatim piatu. Total dana yang dibagikan mencapai Rp 1 miliar lebih. @Arief_Rahman98
0 Response to "Dimas Kanjeng dinobatkan sebagai Sri Raja Prabu Rajasa Nagara"
Posting Komentar