About

Gerakan Selamatkan Telinga Lulung




“Ahok kan cuma berani bilang ngaco buat propaganda buat kebeneran sendiri. Pak Harry Azhar Aziz (Ketua BPK) sudah bukakan pintu dia bilang kalau saya ngaco siapapun termasuk Ahok lapor saya ke pengadilan. Saya yakin Ahok enggak berani, kalau Ahok berani, saya iris kuping saya,” kata Lulung

Kalimat sesumbar seperti ini sebenarnya biasa dilakukan oleh kalangan menengah bawah, orang-orang desa yang kurang berpendidikan dan tidak punya kontrol emosi yang baik. Inilah kenapa pada Pilpres lalu banyak ‘rakyat tidak jelas’ yang sumpah akan lari telanjang dan rela diperkosa di tempat umum jika Jokowi menang, atau akan pindah warga negara dan sebagainya.

Namun menjadi menarik ketika kalimat sumpah sesumbar seperti itu dilakukan oleh politisi yang seharusnya lebih berpendidikan.

Sebelumnya sesepuh PAN Amin Rais sempat sesumbar akan jalan kaki dari Jogja ke Jakarta jika Jokowi menang jadi Presiden. Namun hingga sekarang sumpah tersebut tidak pernah terlaksana.

Kemudian Habiburrahman kader Gerindra, bersumpah akan terjun dari atas Monas jika KTP untuk Ahok mencukupi syarat maju sebagai calon independen. Namun setelah jumlah KTP terkumpul melapaui syarat minimum, Habib belum juga bersiap-siap untuk terjun dari Monas.

Dan yang terbaru adalah Lulung, seperti yang sudah kalian baca di awal artikel ini. Sebelum membahas lebih jauh, ternyata Ahok sudah menanggapi Lulung.

“Makanya kalau soal Lulung gini aja, kamu tanya dulu jelas sama dia iris kupingnya sampe di mana, sampai putus atau cm luka dikit? Tanya dulu sama dia, kalau dia udah jawab itu baru saya cari pengacara, cari dokter untuk itu, saya lapor mah gampang,” ucap Ahok berkelakar.

Meski berkelakar, tapi maksud Ahok sebenarnya serius. Maksudnya tentu saja kalau iris telinga ini harus dilakukan oleh dokter profesional yang bisa mengamputasi telinga dengan benar.



Saya tentu tak bisa membayangkan Lulung dengan rambut belah tengah dan tanpa dua telinga. Bukan apa-apa, USB dan UPS saja Lulung tak bisa bedakan. Padahal saat itu telinga Lulung masih lengkap. Lalu bagaimana kalau tanpa telinga? Bisa jadi PKS akan disebut PSK. Hehe.

Menurut saya, sumpah janji yang sifatnya menyiksa diri sendiri adalah ucapan yang sangat primitif. Sumpah janji setelah jaman jahiliyah sudah berubah menjadi sumpah yang bermanfaat. Misal, kalau saya dapat uang, langsung umroh. Atau, kalau dapatin kamu, saya berhenti nakal. Hehehe dan seterusnya.

Nah sebenarnya Lulung sudah tidak perlu lagi menjadi manusia primitif dengan bersumpah akan mengiris telinga, karena itu tidak ada manfaatnya, malah menyiksa diri. Kalau tidak dilaksanakan, sejarah akan mencatat Lulung sebagai daftar politisi primitif setelah Amien Rais dan Habiburrahman.

Saran saya, sebaiknya Lulung bersumpah akan membayar pajak mobil lamborghininya jika Ahok berani melaporkan BPK ke pengadilan.

Ya logikanya sederhana, kalau Lulung yang memakai lamborghini yang surat-suratnya bodong, apa iya Lulung mau menepati janjinya untuk iris telinga? Pasti janjinya juga bodong. Kalau Lulung jadi potong dua telinganya, saya pensiun jadi Pakar Mantan. Lho? Malah ketularan. Hehe.

Mungkin artikel ini akan saya tutup begini, sumpah janji yang sesumbar seperti Amien Rais, Habiburrahman hingga Lulung ini sebenarnya hanya pernyataan emosional. Mereka emosi ingin menjawab pertanyaan wartawan, tapi tidak mampu menjawab dengan baik, sehingga munculah jawaban primitif.

Kita harus sadar bahwa sumpah tersebut tak akan pernah terlaksana. Jadi tak perlu berharap dan menagih secara serius. Hehehe. Tak perlu juga meledek Lulung, sebab tanpa diledekpun Lulung sudah titik-titik.( sumber )

0 Response to "Gerakan Selamatkan Telinga Lulung"

Posting Komentar